Cikal Bakal dan Sejarah Gereja Katedral Jakarta
GEREJA LUDOVIKUS
GEREJA KATOLIK PERTAMA DI INDONESIA
Gereja Katolik Pertama di Batavia bermula secara tak terduga di Eropa setelah Napoleon mengangkat saudaranya Louis Bonaparte, sebagai Raja Belanda pada tahun 1806. Belanda, yang saat itu merupakan kerajaan Protestan tiba-tiba memiliki seorang penguasa Katolik Roma. Raja Louis berhasil meyakinkan Vatikan sehingga tanggal 8 Mei 1807 Paus Pius VII mengangkat Pastor Nelissen sebagai prefek apostolik Hindia Belanda.
Ilustrasi Sketsa Louis Bonaparte (bukan gambar arsip)
Pada tahun 4 April 1808 Pastor Yacobus Nelissen dan Lambertus Prinsen, tiba di Batavia. Pada tanggal 10 April 1808, untuk pertama kalinya diselenggarakan misa secara terbuka di rumah Dokter F.C.H. Assmuss kepala Dinas Kesehatan waktu itu. Seteleh misa pertama diadakan selang beberapa bulan Pastor Nelissen mendapatkan pinjaman rumah bambu terletak di sudut barat daya Buffelsvald atau Lapangan Banteng (sekarang kementrian agama) sebagai rumah ibadah bagi umat katolik.
Ilustrasi Sketsa Rumah Bambu Tahun 1808 (bukan gambar arsip)
Pada 2 Februari 1810, Pastor J. Nelissen, Pr mendapatkan sumbangan sebuah kapel dari Gubernur-Jenderal Meester Herman Daendels yang terletak di pinggir jalan Kenanga, di daerah Senen. Kapel tersebut merupakan bangunan milik Gubernemen yang sudah dibangun sejak 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan Gurbernur Van Der Parra. Bangunan Gubernemen yang mempunyai luas sekitar 8×23 meter persegi ini juga sempat menjadi gereja bagi umat Protestan berbahasa Melayu dan Belanda di Batavia.
Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan ini kemudian dijadikan gereja Katolik dan mampu menampung hingga 200 jemaat. Pastor Nelissen sendiri yang kemudian memberkati bangunan gereja yang diberi nama Gereja Santo Ludovikus. Nama tersebut mungkin merupakan penghormatan kepada sang raja di Belanda Louis sebagai orang yang berjasa membangun gereja katolik di Hindia Belanda, karena “Ludovikus” adalah bentuk Latin dari nama “Louis. Gereja Ludovikus secara efektif menjadi gereja Katolik pertama di Hindia Belanda.”
Pada tanggal 10 Mei 1812, Sir Thomas Stamford Raffles, gubernur Pulau Jawa, beserta istrinya menjadi ibu/bapak permandian dari Olivia Marianne Stamford Raffles Villeneuve, putri dari Ludorici Francisci Josephi Villeneuve dan Jeanna Emilie Gerische Conjugum.
Berselang 16 tahun pada tanggal 27 Juli 1826 terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen. Bangunan pastoral ikut menjadi korban, namun bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya. Pasca kebakaran, bangunan gereja yang rusak tidak direnovasi, mengingat tanah tersebut bukanlah tanah milik gereja.
GEREJA KATEDRAL PERTAMA DI BATAVIA
Untuk menggantikan gereja Ludovikus yang sudah tidak layak, dibuatlah Gereja Katedral Keuskupan yang diberi nama Onze Lieve Vrouw ten Hemelopneming atau Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Gereja ini dibangun di atas sebidang tanah milik bangsawan Belanda bernama Baron de Kock di daerah Weltevredeen, yang dibeli dengan bantuan komisaris jenderal katolik kolonial keturunan Belgia bernama Leonardus du Bus de Gisignies.
Gereja Katedral dibangun menggantikan gedung putih di tanah milik bangsawan Belanda bernama Baron de Kock di daerah Weltevredeen.
Pada foto di atas terlihat monumen Waterlooplein yang dibangun pada tahun 1828 untuk memperingati kemenangan Duke Wellington melawan Napoleon pada pertempuran di Waterloo tahun 1815. Gereja Katedral dibangun menggantikan gedung putih di tanah milik bangsawan Belanda bernama Baron de Kock di daerah Weltevredeen. Gereja Katedral Keuskupan Batavia Pertama di Batavia ini dirancang oleh Arsitek Tromp memiliki ciri arsitektur Neo-Klasik yang khas dari bangunan pada masa itu. Gereja ini diresmikan pada tahun 1829 oleh Prefek Prinsen.
Foto tampak muka Gereja Katedral Batavia Bangunan Lama sebelum runtuh tahun 1890
Seiring dengan berjalannya waktu, gereja tersebut mengalami banyak kerusakan. Perbaikan yang dilakukan hanya bersifat tambal sulam saja. Kemudian pada tahun 1859, diadakan renovasi yang cukup besar. Menurut pengamatan seorang ahli bangunan, menara yang ada di tengah atap merupakan penyebab terjadinya kerusakan dan kebocoran. Menara tersebut terlalu berat bagi struktur atap gereja, sehingga menekan tembok dan menimbulkan kebocoran pada berbagai titik. Oleh karena itu diusulkan untuk membongkar menara kecil tersebut dan menggantinya dengan sebuah menara baru yang terletak di atas pintu masuk, di sebelah barat. Gereja mulai difungsikan kembali setelah renovasi pada tanggal 31 Mei 1880.
Gereja Katedral Batavia ini dulu dinamakan De Kathedrale Kerk van Onze Lieve Vrouw ten Hemelopneming dalam bahasa Indonesia Gereja Katedral Maria Diangkat ke Surga berlokasi di jalan Kazernestraat.
Arsip foto Interior Gereja Katedral Batavia yang bergaya Neo-Klasik sebelum runtuh pada tahun 1890
Setelah hampir sepuluh tahun penggunaan, pada 9 April 1890, ditemukan bagian-bagian gereja yang mulai rusak, setumpuk kapur dan pasir berserakan dekat sebuah pilar. Keadaan ini cukup mencemaskan para imam, terutama Pastor A. Kortenhorst, S.J. yang pagi itu sempat menginjak setumpuk kapur dan pasir tersebut. Pada hari yang sama sekitar pukul 09.00, Pastor Kortenhorst dan Pastor Edmundus Luypen, S.J. memeriksa situasi gereja. Salah satu pilar tampak mengkhawatirkan. Pada pukul 10.30, keadaan pilar tampak lebih buruk dan semakin memprihatinkan. Banyak kapur mulai terlepas lagi. Tidak lama kemudian, ketika para pastor memasuki sakristi pada pukul 10.45, bangunan gereja ambruk disertai suara gemuruh yang mengerikan.
Arsip Foto Bangunan Gereja Katedral Jakarta yang runtuh bergaya Neo-Klasik rancangan Tromp Tanggal 9 April 1890
Seluruh pekarangan ditutupi debu sehingga orang tidak dapat melihat lebih dari lima langkah. Hari itu merupakan tiga hari sesudah perayaan Paskah. Ketika debu sudah mulai turun, kehancuran gereja mulai tampak jelas dengan atap gereja yang menganga. Sebelum peristiwa ini, terdapat 68 bangku terbuat dari kayu jati dan hanya tersisa 10 buah, sisanya rusak berat. Selain itu, yang masih berdiri utuh adalah altar, panti imam, ruang sakristi, dan menara. Kondisi gereja saat itu sangat parah dan tidak memungkinkan untuk penyelenggaraan misa. Untuk sementara waktu misa diselenggarakan di dalam garasi kereta kuda yang disesuaikan fungsinya untuk gereja darurat.
PEMBANGUNAN GEREJA KATEDRAL PASKA KERUNTUHAN
Prefektur Apostolik kemudian memutuskan untuk membangun kembali di lokasi yang sama, dan menunjuk seorang imam arsitek Sarekat Jesuit bernama Antonius Dijkmans untuk merancang gereja baru. Dijkmans, pernah belajar kursus arsitektur gerejani bersama Eugène Viollet-le-Duc di Paris, Prancis serta Eduard Cuypers di Belanda. Pastor Dijksman sebelumnya telah merancang dua gereja di Eropa, dan membangun kapel Susteran yang terletak Jalan Pos 2, pada tahun 1891.
Gereja Katedral di rancang oleh Pastor Dijkmans dengan gaya Neo-Gotik, yang bertolak belakang dengan arsitektur Neo-Klasik yang digemari oleh bangsa Belanda dalam pembangunan gedung-gedung monumental kolonial saat itu. Sementara itu, gaya Neo-Gotik sangat populer untuk bangunan gereja katolik.
Pada pertengahan tahun 1891 mulai dilakukan peletakan batu pertama untuk memulai pembangunan gereja tersebut. Setelah sekitar setahun berjalan, pembangunan terpaksa dihentikan karena kurangnya biaya. Selain itu, pada tahun 1894, Pastor Dijkmans harus pulang ke Belanda karena sakit dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1922. Pekerjaan pembangunan macet dan misa tetap dilaksanakan di garasi pastoran.
Foto langka ini memperlihatkan upacara peletakan batu pertama Gereja Katedral Batavia oleh Carolus Wenneker, Provikaris 16 Januari 1899. Upacara ini menandai dimulainya pembangunan kembali gereja Katolik di Batavia setelah tertunda cukup lama.
Baca Artikel tentang Desain Arsitektur Gereja Katedral Jakarta Tahun 1890
Batu pertama diletakkan oleh Carolus Wenneker, Provikaris tanggal 16 Januari 1899
Di tengah foto tampak struktur kayu yang digunakan untuk menurunkan batu fondasi pertama. Sejumlah imam Katolik dan misdinar mengenakan jubah putih memimpin upacara pemberkatan, disaksikan oleh para pejabat Hindia Belanda dan umat Katolik setempat. Bangunan beratap rumbia di latar belakang kemungkinan berfungsi sebagai kapel sementara selama proses pembangunan.
Foto Pembangunan Gereja Katedral Jakarta Pada Sekitar Tahun 1895-1898
Marius Jan Hulswit melanjutkan pembangunan sekitar dengan melakukan beberapa penyederhaan desain agar lebih mudah di bangun.
Foto Pembangunan Gereja Katedral Jakarta Pada Sekitar Tahun 1895-1898
GEREJA KATEDRAL JAKARTA SETELAH TAHUN 1901
Gereja Katedral Batavia ini akhirnya diselesaikan dan diberkati secara resmi pada 21 April 1901.
Foto udara Gereja Katedral Jakarta Setelah Terbangun Tahun 1901
Gereja Katedral Jakarta yang kita lihat sekarang selesai dibangun pada tahun 1901 dengan desain Neo-Gotik yang megah.
*) Semua gambar telah direstorasi dari arsip asli milik KADOC KU Leuven. Tidak boleh digunakan untuk keperluan komersil.
Rangkaian Studi Arsip Bangunan Bersejarah Indonesia di KADOC KU Leuven Belgia